Jumat, 29 Juli 2016

Paus Langka Ini Diyakini Alami Kemunduran Evolusi

Para ilmuwan percaya bahwa mereka telah menemukan sebuah tanda kemunduran evolusi pada paus laut yang terdampar di pantai Australia Selatan.

Paus Langka Ini Diyakini Alami Kemunduran Evolusi
Paus berparuh Cuvier berenang tepat di bawah permukaan laut dekat Kepulauan Galapagos.
Foto: Tui De Roy, Minden Pictures/Corbis
Peneliti museum di Australia Selatan dikacaukan oleh penemuan gigi misterius yang sebelumnya tak pernah terlihat pada paus berparuh. Para ilmuwan percaya bahwa mereka telah menemukan sebuah tanda kemunduran evolusi pada paus berparuh yang terdampar di pantai Australia Selatan.
Paus berparuh, ditemukan mati di pantai Waitpinga pada bulan Februari. Para peneliti dari Museum Australia Selatan menemukan dua gigi misterius yang sebelumnya tak terlihat dalam keluarga mamalia penyelam dalam.
Setelah dikonfirmasi dengan rekan-rekan museum di seluruh dunia, termasuk di Smithsonian Institute yang ternama di AS, belum juga ditemukan jawaban terkait taring vestigial, yang kecil dan runcing. Dilansir dari ABC, gigi diyakini tidak cacat, akan tetapi sebagai sebuah kemunduran evolusi, atau sifat yang muncul kembali setelah beregenerasi.
Peneliti senior Museum Australia Selatan, Catherine Kemper mengatakan kepada ABC bahwa gigi yang menantang norma dikenal pada paus betina. Gigi tumbuh di atas rahang, sangat aneh dan sesuatu yang belum pernah terlihat sebelumnya.
"Saya berpikir, apakah kita memiliki sesuatu yang baru di sini ?" Kemper bertaya-tanya.
Setelah tengkorak paus ditelanjangi bersih, manajer koleksi museum, David Stemmer, menyentak gigi dan terkejut menemukan gigi yang lebih besar dari ikan paus berparuh berada di bawahnya.
Tim museum berharap katalogisasi bangkai akan membantu membuka misteri gigi dan mengungkapkan lebih lanjut tentang spesies yang jarang ditemui karena habitatnya di laut dalam dan jarang ditemui.
"Tanpa pengetahuan itu, itu sangat sulit mengetahui apa yang terjadi dan memantau apakah mereka (paus) baik-baik saja," katanya.
(K.N Rosandrani / The Guardian)






TERNYATA TIMUN!!!

Mentimun atau biasa disebut timun ini jarang menjadi hidangan utama. Padahal, timun memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan.

Mentimun sering jadi pelengkap hidangan makanan, seperti menjadi lalap dan acar. Mentimun atau biasa disebut timun ini jarang menjadi hidangan utama. Padahal, timun memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan.
Mentimun mengandung 95 persen kadar air sehingga sangat membantu mengatasi dehidrasi. Timun juga kaya vitamin yang bermanfaat bagi tubuh, salah satunya vitamin C. Manfaatnya tak hanya saat dimakan, tapi juga bisa untuk pemakaian luar di daerah kulit. Berikut manfaat tak terduga dari buah mentimun seperti dikutip dari Boldsky.com.
1.  Kesehatan kulit dan rambut
Mentimun baik untuk kesehatan kulit dan rambut. Misalnya, digunakan untuk membantu mengurangi iritasi kulit akibat sengatan matahari. Anda bisa menggosokkan kulit mentimun ke bagian kulit yang iritasi. Mentimun juga mengandung sulfur dan silikon untuk pertumbuhan rambut sehat. Selain itu, irisan mentimun juga bermanfaat meringankan bengkak di bawah mata.
2. Mengontrol kadar gula darah
Salah satu manfaat paling baik dari makan mentimun adalah membantu pasien diabetes mengontrol kadar gula darah. Minum jus mentimun dapat meningkatkan hormon khusus yang diperlukan oleh sel-sel pankreas dalam memroduksi insulin.
3. Melawan Kanker
Mentimun mengandung 3 lignan yaitu, pinoresinol, lariciresinol dan secoisolariciresinol, yang membantu mengurangi risiko berbagai jenis kanker, seperti kanker ovarium, kanker payudara, kanker prostat, hingga kanker rahim.
4. Mengurangi sakit kepala dan mabuk
Mengunyah beberapa iris mentimun sebelum tidur dapat membantu mengurangi sakit kepala dan mabuk saat terbangun di pagi hari. Hal ini karena mentimun mengandung vitamin B, gula dan elektrolit untuk mengisi beberapa nutrisi penting bagi tubuh.
5. Menurunkan Kolesterol
Sejumlah peneliti menemukan mentimun mengandung "sterol", yaitu senyawa yang membantu mengurangi kadar Kolesterol Anda.
6. Mengontrol tekanan darah
Mentimun mengandung magnesium, kalium, dan serat yang dapat membantu mengontrol tekanan darah Anda. Dengan konsumsi mentimun, menjaga tekanan darah tidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah.
7. Membantu penurunan berat badan
Mentimun merupakan makanan rendah kalori sehingga bermanfaat menurunkan berat badan berlebihan atau setidaknya tidak membuat berat badan terus bertambah. Mentimun membantu Anda mencapai berat badan ideal.
8. Meredakan nyeri sendi dan encok
Mentimun merupakan sumber silika yang dikenal dapat memperkuat jaringan sendi. Jus mentimun mengandung kalsium, folat, potassium, magnesium, dan vitamin A, C, D, B1 dan B6. Mengonsumsi mentimun setiap hari dapat mengurangi nyeri persendian, encok, dan menurunkan kadar asam urat.
(Dian Maharani/Kompas.com)







Wagub Bali Ajak Masyarakat Maknai Momentum Kebangkitan Nasional
Oleh : bnn/der | 20 Mei 2016 |

Denpasar- Momentum peringatan Hari Kebangkitan Nasional kali hendaknya dapat dimaknai para generasi muda  dengan meningkatkan kualitas diri . Terlebih dalam era keterbukaan dewasa ini serta dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang menuntut sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu memenangkan persaingan global.
Para generasi muda diminta serius dalam mengikuti pendidikan dan fokus untuk bekerja nyata secara mandiri dan berkarakter. Hal tersebut diungkapkan  Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta yang menjadi inspektur upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke 108 di Lapangan puputan Margarana, Niti Mandala Renon, Denpasar ( 20/5/2016).
Sudikerta menekankan tantangan baru yang muncul di depan memiliki dua dimensi penting yaitu kecepatan dan cakupan, sehingga  amatlah tepat tema Mengukir Makna Kebangkitan Nasional Dengan Mewujudkan Indonesia yang Bekerja Nyata, Mandiri dan Berkarakter diangkat untuk peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang ke 108.
Menurutnya kerja nyata yang dilakukan, kemandirian serta karakter akan terpusat pada pemahaman bahwa saat ini  dihadapkan dalam kompetensi global. “Saat ini bukanlah saatnya mengembangkan wacana yang sifatnya seremonial  dan tidak produktif, kini saatnya bekerja nyata dan mandiri dengan cara baru penuh inisiatif,” ujarnya .
Sudikerta juga minta sektor birokrasi mewujudkan kerja nyata dan efisien. Imbuhnya, proses proses birokrasi agar dibuat lebih efisien dan memangkas proses pelayanan yang berbelit belit dan berkepanjangan tanpa alasan dan dibangun proses yang lebih transparan serta layanan tepat waktu.
on 19 Mei 2016 at 13:11 WIB
Ilustrasi Superbugs (dme.engin.umich.edu).
Ilustrasi Superbugs (dme.engin.umich.edu).
Liputan6.com, London - Bakteri yang resisten terhadap antibiotik atau dijuluki dengan Superbugs, diperkirakan akan membunuh satu orang setiap tiga detik pada 2050 jika dunia tak bertindak dari sekarang.
Berdasarkan ulasan di Review on Antrimicrobial Resistance yang memulai kajiannya pada pertengahan 2014, lebih dari 1 juta orang meninggal akibat infeksi bakteri tersebut.
Masalah yang mendasari hal tersebut adalah kita belum maksimal dalam mengembangkan penemuan antibiotik baru dan masih menggunakan antibiotik secara tak rasional.
Menurut ulasan tersebut, situasinya akan semakin buruk dengan perkiraan 10 juta orang akan meninggal setiap tahunnya dari resistensi antimikroba (AMR) pada 2050.
Dikutip dari BBC, Kamis (19/5/2016), diperkirakan diperlukan biaya hingga US$ 100 triliun atau Rp 1,352 juta triliun untuk mengatasinya.
Berdasarkan ulasan tersebut, kebutuhan itu dapat dicapai dengan memotong sedikit anggaran kesehatan negara atau dari pajak tambahan perusahaan farmasi yang tidak berinvestasi pada penelitian antibiotik.
"Kami butuh menginformasikan hal ini dengan cara yang berbeda ke seluruh dunia, mengapa sangat penting untuk tidak menggunakan antibiotik seperti mengonsumsi permen," ujar ekonom yang memimpin ulasan tersebut, Lord Jim O'Neil, kepada BBC.
"Kami telah membuat beberapa rekomendasi menantang untuk mengajak semua orang keluar dari zona nyaman, karena jika tidak dilakukan maka kita tak bisa mengatasi masalah ini," tambahnya.
http://cdn0-a.production.liputan6.static6.com/medias/1238112/big/099556000_1463636203-anti1.jpg
Perkiraan jumlah orang yang meninggal akibat resistensi antimikroba pada 2050 (The Review on Antrimicrobial Resistance).
Jika bakteri yang resisten terhadap antibiotik semakin meluas sedangkan antibiotik baru tak ditemukan, maka prosedur kesehatan yang membutuhkan obat tersebut, seperti operasi usus buntu atau melahirkan, akan dapat dengan mudah membunuh akibat infeksi.
Hal itu tampak seperti cerita novel sci-fi, namun diduga dunia akan menghadapi era di mana tak ada lagi antibiotik yang dapat mengobati infeksi.
http://cdn0-a.production.liputan6.static6.com/medias/1238117/big/011201200_1463636361-anti2.jpg
Perbandingan kematian akibat Anti Microbial Resistance (AMR) dengan penyakit lain (The Review on Antrimicrobial Resistance)
Seorang perempuan bernama Emily Morris, menderita infeksi saluran kemih dan tak mempan dengan pengobatan antibiotik biasa.
"Aku telah berjuang dengan resistensi terhadap antibiotik selama 8 tahun...sudah jelas bahwa kita membutuhkan antibiotik jenis baru," ujar Morris.
Kritik Antibiotik
Mendorong industri farmasi untuk membuat antibiotik baru telah menjadi masalah lama. Faktanya, tak ada kelas antibiotik baru yang ditemukan sejak 1980-an.
Antibiotik jenis baru akan disimpan di dalam rak dan akan digunakan pada saat darurat sehingga perusahaan farmasi tak pernah membuatnya menjadi penelitian besar.
Lord O'Neill juga mengkritik kegiatan pertanian yang menggunakan antibiotik untuk meningkatkan pertumbuhan hewan ternak, bukan untuk mengobati infeksi hewan.
http://cdn0-a.production.liputan6.static6.com/medias/1238130/big/089823100_1463636536-anti3.jpg
Proses penyebaran bakteri yang resisten terhadap antibiotik (BBC)
Di Amerika Serikat, 70 persen antibiotik (diukur berdasarkan berat) digunakan untuk hewan.
Ia juga mengkritik pada kurangnya uji pada pasien, yang menunjukkan apakah penyakitnya disebabkan karena bakteri atau penyebab lain. Pasalnya, ia melihat banyak kasus di mana penyakit yang disebabkan oleh virus justru diberi antibiotik.
"Aku merasa heran masih banyak dokter yang meresepkan antibiotik berdasarkan penilaian langsung dari gejala pasien, seperti yang mereka lakukan ketika antibiotik digunakan secara umum pada 1950-an," ujar Lord O'Neill.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar